Rabu, 16 Januari 2013

Selamat Jalan Ema Sayang..[part 1]

Ya Allah,, terima kasih banyak Kau pernah titipkan hamba pada seorang Ibu yg amat sangat menyayangiku.. Beliau mengajarkanku tentang kasih sayang yg tulus dan tanggung jawab sebagai seorang Ibu yg telah dititipkan amanah olehNya..

Aku hidup dalam lingkungan keluarga besar. Ibuku adalah anak pertama dari 9 bersaudara (2 meninggal). Kakek seorang ayah yg bertanggung jawab terhadap anak-anaknya.. Beliau banting tulang untuk keluarga dan beliau tidak pernah marah pada anak-anaknya juga pada orang lain.. Beliau hanya membicarakannya pada anak yg lain jika anak yg satu salah, bukan Bpk tidak sayang sama anaknya yg salah, tp karna Bpk itu tidak tega. Pernah waktu smp aku jatuh karena tersenggol anak laki-laki dan aku pulang dalam keadaan lusuh dan menangis. Bpk langsung menyarankan siapa yg buat aku seperti ini dan anak itu harus bertanggung jawab. Setelah anak yg menjatuhkanku meminta maaf Bpk tdk jadi memarahinya dan langsung memaafkan anak itu.

Ema, wanita kuat yg kukenal selain mamah. Beliau amat menginginkan anak-anaknya menjadi anak yg pintar dalam ilmu agama (tdk mengharuskan jd ustadz). Beliau memanggilkan aku (termasuk anak-anaknya) guru mengaji yg terbaik agar aku dan yg lain pandai mengaji. Ema bilang, jd orang harus bisa ngaji atau ahli ibadah. Kalau kita pandai mengaji Allah akan tambah sayang sama kita dan orang-orang akan lebih menghargai kita. Saat guru mengajiku pindah, Ema langsung memasukkan ke madrasah (tempat mengaji). Ema bilang jangan sia-siain waktu kosong, isi waktu dengan hal-hal yg bermanfaat. Gpp urusan rumah (menyapu dll) ditinggal sementara kalau alasannya untuk mengaji. Allah.

Ema itu orang yg care. Beliau selalu tulus sayang sama keluarga dan teman-temannya. Bahkan saat Aku mengenalkan suamiku pertama kali, beliau meminta suamiku memanggil Ema. Suamiku adalah salah satu orang yg Ema sayang, begitupun sebaliknya. Setiap suamiku mengantarkanku pulang kerja (sebelum menikah)  dan aku tinggal sebentar untuk berganti baju, Ema yg langsung buatan kopi untuk suamiku dan Ema langsung ingat kalau suamiku sukarnya kopi hitam..subhanallah.

Setelah menikah, Ema banyak memberikan nasihat ttg menghargai dan bakti pada suami. Ema blg, kalaupun nanti aku berpenghasilan lebih besar dari suamiku, aku harus ttp menghargainya dan jgn pernah ungkit-ungkit soal gaji, karena berarti kita tidak menghargai suami (nasihat sm seperti yg mamah blg).

9 bulan yg lalu, saat pertama kali aku dikabari bibi, Ema sakit aku langsung menjenguknya.. Minggu sebelumnya Ema tes darah dan cek jantung. Aku yg mengambil hasilnya dan membawanya ke dokter Yg biasa memeriksa Ema. Dokter bilang, Ema sakit jantung. Tapi kalau yg kami lihat sepertinya sakit liver karena tangan Ema menguning. Saat aku tertidur di rumah Bibi, papah mengabarkan kalau Ema minta dibawa ke RS. Akhirnya kami membawa Ema ke RS. Persahabatan. Akublqngsung mengurus administrasi dan saat dokter memeriksa Ema, dokter bilang Ema butuh darah. Akhirnya aku dan Aki Agus (adik Ema) pergi ke PMI pusat. Alhamdulillah darah yg Ema butuhkan ada. Saat mau kembali ke RS, hujan turun dengan derasnya. Aku dan Aki Agus tetap menerobos hujan tak peduli dengan basahnya baju kami. Ema diminta dirawat dulu di RS untuk memulihkan kondisinya.

Wajahnya yg biasa ceria, berganti dengan kelemahan. Tubuh yg dulu gemuk perlahan mengurus. Ema, Ibu yg benar2 tidak ingin merepotkan anak2nya.. Untuk biaya berobatpun, Ema sdh mempersiapkannya. Bulan berganti, kondisi Ema makin membuatku tak tega melihatnya. Setiap hari Ema susah makan karena mungkin maagnya kambuh atau mungkin livernya tambah sakit. Setiap makanan yg masuk, pasti keluar lagi.

bersambung...
 
- Rizqaha -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar